Jumat, 25 September 2009

PENGENALAN AGROFORESTRI DI DESA BULU BRANGSI KECAMATAN LAREN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertaian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan didalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair,1989).

System agroforestri merupakan system yang banyak digunakan petani. Banyak keuntungan yang bisa didapat dengan menggunakan system ini. Bila salah satu komoditi yang ditanam tidak berproduksi maksimal masih ada beberapa komoditi yang siap untuk dijadikan cadangan.

Di Desa Bulu Brangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan merupakan desa yang kaya akan hasil pertanian, mulai dari tanaman semusim, pohon musiman dan tanaman tahunan. Di desa tersebut juga banyak keanekaragaman hayati dan berbagai interaksi didalamnya. Dalam laporan ini akan dibahas tentang struktur tanah, kelembaban tanah, seresah dan bahan organik, aktivitas kehidupan biologi (makro) dan suhu tanah di desa tersebut.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil dalam laporan kali ini adalah:

1. Apa komoditas yang ditanam dilahan tersebut?

2. Bagaiman kondisi lahannya?

3. Bagaimana struktur tanah di lahan?

4. Bagaimana kelembaban tanah?

5. Bagaimana seresah dan bahan organik?

6. Bagaimana aktivitas kehidupan biologi (makro), suhu tanah dan iklim mikro di desa tersebut?

1.3.Tujuan

Tujuan dari penyusunan laporan ini diantaranya yaitu:

1. Untuk mengetahui komoditas yang ditanam

2. Untuk mengetahui kondisi lahan

3. Untuk mengetahui struktur tanah di lahan

4. Untuk mengetahui kelembaban tanah

5. Untuk mengetahui seresah dan bahan organik

6. Untuk mengetahui aktivitas kehidupan biologi (makro), suhu tanah dan iklim mikro di desa tersebut


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu lahan atau pekarangan dapat dikatan menerapkan sistem agroforestri dapat dilihat sesuai dengan ciri-cirinya. System agrofotestri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

1. Tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan),

2. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun,

3. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu,

4. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan,

5. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function),

6. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis,

7. Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.

System agroforestri kompleks

  • Merupakan sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan atau rumput.
  • Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer maupun sekunder.
  • Keunggulan sistem ini: perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya air dan tanah; serta mempertahankan keragaman biologi.

System agroforestri tradisional merupakan system penanaman pohon-pohon musiman, pohon tahunan serta tanaman semusim yang tidak teratur dan tidak ada jarak tanam untuk tiap tanaman. System ini biasanya masih banyak digunakan di pedesaan.

Agroforestri pada prinsipnya dikembangkan untuk memecahkan permasalahan pemanfaatan lahan dan pengembangan pedesaan, serta memanfaatkan potensi-potensi dan peluang-peluang yang ada untuk kesejahteraan manusia dengan dukungan kelestarian sumber daya beserta lingkungannya. Oleh karena itu manusia selalu merupakan komponen yang terpenting dari suatu sistem agroforestri. Dalam melakukan pengelolaan lahan, manusia melakukan interaksi dengan komponen-komponen agroforestri lainnya. Komponen tersebut adalah:

  1. Lingkungan abiotis: air, tanah, iklim, topografi, dan mineral.
  2. Lingkungan biotis: tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll) serta tumbuhan tidak berkayu (tanaman tahunan, tanaman keras, tanaman musiman dll), binatang (ternak, burung, ikan, serangga dll), dan mikroorganisme.
  3. Lingkungan budaya: teknologi dan informasi, alokasi sumber-sumber daya, infrastruktur dan pemukiman, permintaan dan penawaran, dan disparitas penguasaan/pemilikan lahan.

Agroforestri sangat berprospek untuk dikembangkan karena memiliki beberapa manfaat diantaranya: memperbaiki sifat fisik tanah, mengurangi gas rumah kaca dan mempertahankan cadangan karbon, serta mempertahankan keanekaragaman hayati. Secara umum agroforestri mampu memperbaiki kondisi ekologi (lingkungan), meningkatkan pendapatan masyarakat (ekonomi) dan menciptakan lapangan kerja (social) serta mempertahankan kearifan local (social) (Archive. 2009).

Komponen-komponen ABC (Abiotic, Biotic dan Culture) tersebut di atas tersusun dalam sistem agroforestri melalui berbagai cara. Beberapa komponen biotis hadir secara alami, yang mungkin sebagian masih bertahan atau tertinggal dari kegiatan penggunaan lahan sebelumnya. Komponen yang lain memang secara khusus atau sengaja ditempatkan/ditanam oleh manusia sebagai pengelola lahan. Berbagai komponen dalam satu sistem akan bereaksi atau menunjukkan respon berbeda dengan respon masing-masing pada kondisi terisolasi. Karena adanya interaksi antar komponen tersebut, sistem pada dasarnya berbeda dengan total penambahan secara sederhana dari beberapa komponen. Jadi hutan lebih dari sekedar kumpulan pohon, demikian pula agroforestri bukan sekedar upaya campur-mencampur kehutanan dengan pertanian dan/atau peternakan.

BAB III

METODE

3.1.Tempat Dan Waktu

Tempat pengamatan ini diambil di Desa Bulubrangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Pengamatan dilakukan pada hari jumat tanggal 10 april 2009.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan ini adalah

1. Kamera

2. Sepeda motor

3. Alat tulis

3.2.Metode Pengamatan

Metode pengamatan yang digunakan dalam laporan ini adalah metode observasi dan analisis. Dimana perwakilan kelompok ini terjun langsung kelapangan untuk mengamati. Setelah mengadakan pengamatan, kemudian dianalisis sesuai dengan keadaan dilapangan dan didiskusikan secara kelompok.


BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1.Komoditas yang ditanam

Komoditas yang ditanam pada lahan tersebut adalah jagung sebagai tanaman utama, singkong, cabe, bayam, pisang, mangga, kunyit, lebese, dan jati sebagai tanaman sampingan. Tanaman sampingan tersebut ditanam dipinggir sehingga tidak mengganggu tanaman utama.

6.2.Kondisi lahan

Disini dapat dijelaskan tata penanaman di lahan tersebut. Pohon jati, lebese, pisang, mangga ditanam secara acak di pematang. Kemudian singkong, cabe, bayam, kunyit ditanam secara tumpang sari di bedengan paling pinggir tanpa menggunakan jarak tanam. Dan jagung sebagai tanaman utama ditanam di tengah-tengah lahan dengan menggunakan jarak tanam. Pada pematang juga banyak terdapat rumput-rumput yang bisa digunakan sebagai pakan ternak.

6.3.Struktur tanah

Pada sistem agroforestri di Desa Bulubrangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan mempunyai struktur tanah yang subur. Berwarna kecoklatan dan banyak mengandung unsur hara alami dari bahan organic (daun-daun pohon tahunan dan pohon musiman yang gugur). Tanah di daerah tersebut masuk dalam golongan tanah mediteran. Tanah mediteran sendiri bersifat kurang subur, tetapi pada daerah tersebut tergolong mediteran subur (air dan bahan organic tersedia cukup).

.

4.4.Kelembaban tanah

Pada lahan yang diamati kelembapan tanah terjaga. Adanya seresah-seresah dari daun-daun yang gugur dapat mempertahankan kelembapan tanah di lahan tersebut. Selain itu pohon tahunan yang rindang dapat memperkecil penguapan dari kelembapan tanah

4.5.Seresah dan bahan organik

Pada lahan ini mempunyai seresah cukup, ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang terdapat banyak daun-daun gugur. Seresah-seresah ini nantinya diproses oleh alam (diurai) untuk dijadikan sebagai bahan organic.

4.6. Aktivitas kehidupan biologi (makro), suhu tanah dan iklim mikro

Aktivitas biologi dilokasi ini masih banyak. Di lahan tersebut masih banyak terdapat hewan-hewan liar seperti tikus, ulat, ular, trenggiling, musang, burung, jangkrik, dan mikroorganisme yang fungsinya sebagai pengurai. Hewan-hewan tersebut akan berkompetisi dalam lahan ini. Ini tentu saja dapat menguntungkan dan merugikan petani. Menguntungkan karena beberapa dari hewan-hewan tersebut dapat menjadi musuh alami dari hama. Merugikan karena hewan-hewan tersebut dapat menjadi hama di lahan tersebut.

Suhu tanah di lahan tersebut dingin, tidak terlalu panas karena masih terdapat banyak vegetasi. Ini tentu saja dapat menguntungkan atau merugikan tanaman di lahan tersebut. Dapat dilihat pada gambar yang terlampir, tanaman utama di lahan tersebut adalah jagung, yang mana diketahui jagung merupakan tanaman C4 yang membutuhkan banyak sinar matahari. Ini tentu saja sangat merugukan bagi tanaman jagung.

Iklim mikro di daerah tersebut termasuk sejuk. Telah diketahui pada lahan ini banyak pohon tahunan yang salah satu fungsinya sebagai naungan. Naungan ini memberi efek sejuk bagi lingkungan mikro di sekitar lahan.


BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan, sebagai berikut:

1. Di Desa Bulubrangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan termasuk agroforestri semi tradisional.

2. Iklim makro di desa tersebut adalah sejuk.

3. Tanah dilahan tersebut termasuk jenis tanah mediteran yang subur.

4. Di lahan yang diamati mempunyai bahan organic yang cukup dan aktifitas biologi di daerah tersebut juga masih banyak.

5.2.Saran

Saran yang dapat diberikan adalah:

1. Pemilihan komoditas harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan agar komoditas yang ditanam bisa berproduksi dengan optimal.

2. Bila menambahkan pupuk harus melihat kondisi lingkungan, jangan sampai kelebihan atau kekurangan karena akan mengakibatkan penurunan produksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar