BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia memiliki beragam jenis hutan seperti hutan mangrove, hutan hujan tropis, dan hutan produksi. Kekayaan hutan sangat melimpah sehingga hutan perlu dikelola dengan baik. Salah satunya dengan penerapan sistem agroforestri. Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu, dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Singkatnya, agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan sistem pertanian, kehutanan, dan peternakan dalam satu lahan. Jadi di kawasan tersebut ditanami tanaman tahunan (pohon), tanaman semusim (tanaman pangan) dan ternak.
Sistem agroforestri ini lebih menguntungkan daripada sistem pertanian berbasis tanaman semusim. Hal ini disebabkan oleh adanya pepohonan yang memiliki biomasa tinggi dan masukan seresah yang bermacam-macam kualitasnya dan terjadi secara terus menerus.
Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Pengembangan agroforestri secara umum sangat menguntungkan karena memberi manfaat terhadap kelestarian alam dan meningkatkan ekonomi penduduk. System agroforestri ini masih banyak digunakan di pedesaan karena system agroforestri ini sangat menguntungkan petani terutama di pedesaan. Dalam makalah ini akan dibahas kepemilikan lahan, keuntungan dan kelemahan agroforestri di Desa Bulubrangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan pendirian agroforestri, komponen penyusun agroforestri dan pengaturannya dalam lahan?
2. Bagaimana pola kepemilikan atas lahan dan tanaman/pepohonan dalam agroforestri?
3. Bagaimana keuntungan dan kendala-kendala yang ada dalam mengusahakan agroforestri baik ditinjau dari segi biofisik (teknik) maupun dari segi ekonomi?
4. Bandingkan dengan contoh-contoh agroforestri lain di Indonesia. Apakah persamaan dan perbedaan dengan system agroforestri yang anda amati, mana yang termasuk agroforestri sederhana dan mana yang kompleks?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui tahapan pendirian agroforestri, komponen penyusun agroforestri dan pengaturannya dalam lahan.
2. Mengetahui pola kepemilikan atas lahan dan tanaman/pepohonan dalam agroforestri.
3. Mengetahui keuntungan dan kendala-kendala yang ada dalam mengusahakan agroforestri baik ditinjau dari segi biofisik (teknik) maupun dari segi ekonomi.
4. Dapat membandingkan dengan contoh-contoh agroforestri lain di Indonesia dan dapat mengetahui persamaan dan perbedaan dengan system agroforestri yang diamati.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tahapan Pendirian Agroforestri
Tahapan-tahapan untuk pendirian agroforestri dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Pembukaan hutan
Awal pendirian agroforestri adalah dengan pembukaan hutan. Hutan yang nantinya digunakan untuk agroforestri dibabat atau biasanya dibuka dengan dibakar. Tanaman-tanaman asli hutan yang masih bemanfaat dibiarkan.
2. Penanaman pohon tahunan
Tahapan kedua setelah pembukaan lahan adalah dengan penanaman pohon tahunan di samping petak tanah yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai hasil produksi tambahan ketika panen musiman gagal. Pohon tahunan ini dapat berfungsi sebagai naungan.
3. Penanaman tanaman musiman
Penanaman tanaman musiman seperti padi, jagung, kacang tanah, dll merupakan tanaman atau komoditi utama dalam agroforestri, karena yang nantinya diharapkan berproduktivitas tinggi dan diperlakukan secara baik.
2.2. Komponen Penyusun Agroforestri
Komponen-komponen yang ada di lahan milik Bapak Muhammad Sabiq yang termasuk agroforestri di Desa Bulubrangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut:
1. Tanaman tahunan
Tanaman tahunan ini terdapat beberapa macam, diantaranya pohon jati, pohon mangga, pohon pisang, pohon sukun, pohon pepaya, dan pohon nangka.
2. Tanaman musiman
Tanaman musiman ini berupa tanaman jagung dan kacang tanah sebagai komoditi utama.
3. Tumbuhan asli hutan
2.3. Pengaturan Komponen Dalam Lahan
a. Tanaman tahunan
Tanaman tahunan (jati, sukun, nangka, mangga, pisang, pepaya) berada ditepi-tepi lahan, yang berfungsi sebagai pembatas kepemilikan lahan. Penanaman tanaman tahunan dilakukan secara acak.
b. Tanaman musiman
Lahan sudah dibentuk bedengan-bedengan untuk penanaman tanaman semusim, dan penanaman tanaman semusim dilakukan dengan pola tumpangsari dengan tanaman tahunan.
c. Tumbuhan asli hutan
Tumbuhan asli hutan yang masih bermanfaat di pelihara diantara tanaman utama.
2.4. Keuntungan Dan Kendala Dalam Mengusahakan Agroforestri
Keuntungan dalam mengusahakan agroforestri, sebagai berikut:
1. Produktivitas (Productivity)
Dapat di buktikan produk total sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja keluaran (output) dari satu bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun. Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman lainnya.
2. Diversitas (Diversity)
Adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih daripada sistem agroforestri menghasilkan diversitas yang tinggi, baik menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi pada budidaya tunggal (monokultur).
3. Kemandirian (Self-regulation)
Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk-produk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar (pupuk, pestisida), dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur.
4. Stabilitas (Stability)
Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani.
Kelemahan dalam mengusahakan agroforestri, sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan pohon tahunan pada lahan pertanian.
2. Kesulitan mengukur produktivitas.
3. Kesulitan visual.
4. Kepadatan penduduk.
Lahan-lahan untuk agroforestri sekarang ini lebih banyak dibabat untuk tempat tinggal karena populasi penduduk semakin meningkat.
2.5. System Agroforestri
System agroforestri di Desa Bulubrangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan ini tidak jauh berbeda dengan system agroforestri di daerah Indonesia yang lain. Agroforestri di daerah ini termasuk agroforestri kompleks yang mana komponen didalamnya meliputi tanaman tahunan, tanaman semusim dan tanaman asli hutan yang beraneka ragam jenis.
BAB III
PENUTUP
- Tahapan pendirian agroforestri adalah penebangan hutan, penanaman pohon tahunan, penanaman tanaman musiman.
- Batas kepemilikan lahan ditandai dengan tanaman tahunan yang mengelilingi lahan.
3. Keuntungan agroforestri dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen.
- System agroforestri sebagaimana diuraikan diatas adalah tergolong agroforestri kompleks.
mantab.., tp mbulu sing kidul dadi tambak kabeh kan?..,
BalasHapus